Friday, June 27, 2014

Contoh laporan praktikum IPA : Pengukuran



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pengukuran adalah cara menguantitatifkan hasil observasi panca indera untuk memperoleh informasi atau data. Observasi merupakan langkah yang dangat penting dalam IPA. Oleh karena itu dalam pelajaran IPA sedapat mungkin dilakukan observasi yang lebih eksak daripada yang kualitatif.
Suatu sistem pengukuran kuantitatif telah berkembnag dan dikenal oleh hampir seluruh penduduk dunia. Sistem ini disebut sistem matrik. Dalam sistem matrik dikenal 3 besaran pokok, yaitu : panjang dengan satuan meter (m), massa dengan satuan kilogram (kg), dan waktu dengan satuan detik atau sekon (s).


1.2  Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat melakukan pengukuran sebagai besaran. Secara lebih rinci siswa mampu :
1)        Melakukan pengukuran panjang secara benar.
2)        Menuliskan hasil pengukuran panjang dengan benar (besar dan satuannya).
3)        Melakukan pengukuran massa (menimbang) secara benar.
4)        Menuliskan hasil pengukuran massa dengan benar (besar dan satuannya)
5)        Menentukan massa jenis zat cair
6)        Melakukan pengukuran suhu secara benar
7)        Menuliskan hasil pengukuran suhu dengan benar (besar dan satuannya)
8)        Menentukan volume benda padat yang bentuknya teratur
9)        Melakukan pengukuran volume benda padat dengan gelas ukur secara benar
10)    Menuliskan hasil pengukuran volume dengan benar (besar dan satuannya).

1.3   Prinsip Percobaan
1.3.1   Pengukuran Panjang
Prinsip yang digunakan dalam pengukuran panjang adalah dengan mengukur diameter koin dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong. Mengukur ketebalan koin Rp 100,- besar dan Rp 500,- besar serta 20 lembar kertas HVS kuarto dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong. Mengukur panjang kertas HVS kuarto dan lebarnya dengan menggunakan penggaris.
1.3.2  Pengukuran Massa dan Massa Jenis
Prinsip percobaan yang digunakan dalam pengukuran massa dan massa jenis adalah dengan menggunakan neraca. Mengukur benda yang telah disiapkan pada piringan neraca.
1.3.3  Pengukuran Suhu
Prinsip percobaan yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah dengan mengukur suhu bahan – bahan/benda – benda serta suhu tubuh dengan menggunakan thermometer batang dan thermometer badan.
1.3.4  Pengukuran Volume
Prinsip percobaan yang digunakan dalam pengukuran volume adalah dengan mengukur panjang sisi kubus kayu dan menghitung volume kubus kayu. Kemudian menghitung volume kubus kayu dengan menggunakan air dan beker gelas. Mengukur panjang dan lebar balok kayu dan menghitung volumenya. Kemudian menghitung volume balok dengan menggunakan air dan beker gelas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan ( Hilliday, 1985 ).
Pengukuran yang tepat dan akurat merupakan bagian penting walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar – benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda, diantaranya selain kesalahan, adanya keterbatasan ketepatan setiap alat ukur dan ketidak mampuan membaca sebuah alat ukur.
Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalahan. Hal ini disebabkan oleh adanya sumber – sumber kesalahan, yaitu :
1.        Kesalahan Sistematis
a.         Kesalahan Kalibrasi ( Faktor Alat )
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar akurasi semula.
b.         Kesalahan titik nol ( 0 )
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.
c.         Kesalahan alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi.
d.        Kesalahan paralaks ( sudut pandang )
Ketika membaca nilai skala pembaca berpindah tempat / tidak tepat melihatnya atau objek yang dilihat berbeda dengan objek pertama yang diamati.
e.         Kondisi lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak bisa dilakukan pengukuran seperti biasa.

2.        Kesalahan Rambang
Disebabkan karena danya sedikit fluktuasi pada kondisi – kondisi pengukuran. Contoh fluktuasi tegangan listrik ; gerak brown molekul udara ; landasa obyek bergetar.

3.        Keteledoran Pengamat
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis yang telah diterapkan sebagai satuan. Pengukuran pada umumnya memerlukan alat ukur, baik itu berupa mistar, hasta, depa, dan sebagainya. Pada zaman dahulu, manusia menggunakan bagian tubuh untuk mengukur panjang suatu benda. Akibatnya dikenal dengan tubuh untuk mengukur panjang suatu benda. Akibatnya dikenal dengan istilah hasta, depa dan jengkal sebagai satuan panjang ( Arisworo, 2006 ).
Alat yang digunakan dalam pengukuran praktikum ini adalah :
a)    Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam digunakan untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam suatu benda. Rahang luar untuk mengatur diameter luar atau sisi luar suatu benda. Sedangkan penduga digunakan untuk mengukur kedalaman. Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan dibagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung dan panjang benda sampai nilai 10 cm.
Menghitung hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dapat dirumuskan sebagai berikut :


Rounded Rectangle: Hp = Su + Sn
 


Dengan :
Hp            : Hasil Pengukuran
Su             : skala utama
Sn : skala nonius


b)   Mistar
Mistar adalah alat yang digunakan untuk pengukuran panjang. Mistar pada umumnya mempunyai skala yang berukuran desimal dan ukuran inci. Skala desimal, dimana setiap panjang 1 cm dibagi dalam 10 bagianyang sama.
Dimana jarak 2 strip panjang = 1 cm dan 2 strip pendek 0,1 cm = 1 mm. Jadi, skala terkecil dari mistar ini adalah 0,1 cm = 1 mm, ada beberapa jenis mistar yaitu mistar biasa, mistar baja, mistar lipat, mistar kait, mistar pita atau mistar gulung.
c)    Neraca
Neraca merupakan alat yang digunakan untuk mengukur massa atau massa jenis benda. Massa tiap benda selalu sama dimanapun benda tersebut berada. Satuan SI  untuk massa adalah kilogram (kg). Ada beberapa jenis neraca antara lain neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda.
Massa Jenis adalah massa per satuan volume dari satuan zat. Jika benda memiliki struktur dalam homogeny, maka dituliskan dalam rumus berikut ini.


Rounded Rectangle: ρ = m / v
 




Keterangan :
ρ = Massa jenis (kg/m3) atau (g/cm3)
m = massa (kg atau gram)
v = volume (m3 atau cm3)

d)   Thermometer
Thermometer adalah alat untuk menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mngukur suhu. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk mngukur suhu, manusia cenderung menggunakan indera peraba. Akan tetapi dengan adanya thermometer, maka untuk pengukuran suhu akan lebih valid. Thermometer yang digunakan dalam praktikum ini adaah thermometer ruang, themometer batang dan thermometer badan.

e)    Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan atau pelarut dalam kondisi panas.




f)    Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.


BAB III
METODOLOGI
3.1  Alat dan Bahan
Percobaan ini menggunakan alat-alat sebagai berikut yaitu penggaris, jangka sorong, neraca lengan, gelas beker, gelas ukur, termometer badan dan termometer ruang.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah uang logam Rp.100,- (besar, kecil), Rp.500,- (besar, kecil), kertas HVS Kuarto, sirup, air panas, air dingin, es, kertas tisu gulung, garam, alkohol atau spiritus, kubus dari bahan kayu dan balok dari bahan kayu.

3.2  Prosedur Kerja
3.2.1  Pengukuran Panjang
a.    Diukur diameter 4 buah koin yang tersedia dengan penggaris.
b.    Diukur diameter 4 buah koin yang tersedia dengan jangka sorong.
c.    Diukur tebal koin Rp.100,- besar dan Rp.500,- besar dengan jangka sorong.
d.   Diukur tebal koin Rp.100,- besar dan Rp.500,- besar dengan penggaris.
e.    Diukur tebal 20 lembar kertas HVS Kuarto dengan penggaris.
f.     Diukur tebal 20 lembar kertas HVS Kuarto dengan jangka sorong.
g.    Diukur panjang kertas HVS Kuarto dengan penggaris.
h.    Diukur lebar kertas HVS Kuarto dengan penggaris.

3.2.2  Pengukuran Massa dan Massa Jenis
a.    Meletakkan neraca pada bidang datar yang kuat / stabil.
b.    Neraca diatur agar seimbang dengan memutar beban pengatur yang tersedia.
c.    Benda yang akan diukur diletakkan pada piringan neraca.
d.   Menggeser beban pada lengan neraca sehingga tercapai keseimbangan.

3.2.3  Pengukuran Suhu
a.    Menggunakan termometer badan untuk mengukur suhu tubuh (diulangi sebanyak        tiga kali).
b.    Diukur suhu bahan-bahan / benda-benda yang telah disediakan.



3.2.4  Pengukuran Volume
a.    Diukur panjang masing-masing sisi kubus kayu.
b.    Diukur panjang dan lebar sisi balok kayu.
c.    Menghitung volume kubus kayu dan balok kayu.
d.   Menuangkan air ke dalam gelas beker.
e.    Kubus kayu dan balok kayu dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditentukan hasil volume kubus kayu dan balok kayu tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Panjang
No
Objek yang diukur
Hasil pengukuran dengan jangka sorong
Hasil pengukuran dengan penggaris
1.
Diameter koin Rp. 100,- besar
2,29 cm
2,15 cm
2.
Diameter koin Rp. 100,- kecil
2,17 cm
2,1 cm
3.
Diameter koin Rp. 500,- besar
2,61 cm
2,65 cm
4.
Diameter koin Rp. 500,- kecil
2,39 cm
2,35 cm
5.
Tebal koin Rp. 100,- besar
0,19 cm
0,2 cm
6.
Tebal koin Rp. 500,- besar
0,17 cm
0,15 cm
7.
Tebal 20 lembar HVS kuarto
0,18 cm
0,25 cm
8.
Panjang kertas HVS kuarto
-
33 cm
9.
Lebar kertas HVS kuarto
-
21,5 cm

Pembahasan
Panjang didefinisikan sebagai besaran yang menyatakan jarak dua titik. Besaran panjang memiliki banyak nama diantaranya tebal, tinggi, lebar dan kedalaman. Satuan besaran panjang adalah meter. Untuk mengukur objek yang ada pada tabel di atas digunakan alat bantu ukur yang bernama jangka sorong dan mistar.
Mistar adalah alat ukur panjang yang memiliki skala terkecil 1 mm. Mistar ini memiliki ketelitian 0,5 mm yaitu setengah skala terkecil. Ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat diukur oleh alat ukur. Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat tidak tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca bisa menyebabkan terjadinya kesalahan paralaks. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur objek dalam tabel di atas.
1)      Benda yang akan diukur diletakkan pada tepi skala mistar
2)      Memastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda tepat berada di angka nol (0)
3)      Membaca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol mistar)
4)      Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, misalnya mengukur panjang kertas HVS kuarto (salah satu objek yang diukur dalam tabel). Pada saat pengukuran, akhir ujung panjang kertas HVS kuarto berada di skala 21, maka panjangnya 21.
5)      Lihat juga setelah angka 21 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut dengan cara menghitungnya setelah angka 21. Maka ujung benda tersebut berakhir di garis 5, maka skalanya dibaca 5 mm atau 0,5 cm
6)      Panjang kertas HVS kuaro tersebut adalah 21 cm+0,5 cm= 21,5 cm. Dan begitu juga langkah-langkah untuk menghitung objek yang akan diukur dalam tabel tersebut.
Jangka sorong secara umum digunakan untuk mengukur diameter dalam maupun diameter luar suatu benda. Jangka sorong terdiri dari bagian yang tetap yang dihubungkan dengan rahang tetap dan bagian yang dapat digeser yang dihubungkan dengan rahang geser. Pada bagian yang tetap terdapat skala utama dengan skala terkecil 1 mm. Sedang pada rahang sorong terdapat skala nonius dari 1 sampai dengan 10. Panjang 10 skala nonius sama dengan 9 mm, sehingga 1 skala nonius sama dengan 0,9 cm. Ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm yaitu selisih antara 1 skala utama dengan 1 skala nonius.
Karena objek yang diukur diperlukan hasil pengukuran diameter luar benda, maka cara mengukur diameter atau ketebalan benda : memutar pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
Cara pembacaan skala jangka sorong yaitu dengan memperhatikan skala nonius yang berhimpitan dengan salah satu skala utama. Hitung berapa skala hingga ke angka nol. Selanjutnya perhatikan skala utama pada skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang dan angka yang ditunjukkan merupakan skala utama. Jadi hasil pengukuran dapat diperoleh dengan menjumlahkan skala utama dan skala nonius.







4.1.2 Tabel hasil pengukuran massa dan massa jenis
No
Benda yang Ditimbang
Massa Benda
1.
Gelas ukur (tabung silinder kaca berskala)
88,1 gram
2.
Gelas ukur berisi 50 ml (50 cc) air dingin
131,5 gram
3.
Jadi massa 50 ml (50 cc) air dingin
43,4 gram
4.
Gelas ukur berisi 50 ml (50 cc) sirup
130,2 gram
5.
Jadi massa 50 ml sirup
42,1 gram
6.
Gelas ukur berisi 50 ml (50 cc) air panas
128 gram
7.
Jadi massa 50 ml air panas
39,9 gram
8.
Uang logam Rp. 100,- besar (putih)
2 gram
9.
Uang logam Rp. 100,- kecil (kuning)
4,5 gram
10.
15 potongan tisu gulungan kering
3,8 gram
11.
15 potongan tisu gulungan basah
17,7 gram


Pembahasan
Karena pada praktikum ini menggunakan neraca ohaus dengan 3 lengan maka akan dibahas tentang neraca ohaus itu sendiri. Neraca ohaus adalah alat ukur besaran massa yang mana memiliki ketelitian hingga 1/100 gram.
Pada neraca ohaus tiga lengan terdapat 3 lengan:
1)      Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0,1,2,3,...,10 gram. Masing-masing skala bernilai 1 gram
2)      Lengan tengah, tiap skala dalam lengan ini bernilai 10 gram
3)      Lengan belakang, nilai tiap skalanya 100 gram dari 100 gram hingga 500 gram (setengah kilo)
Cara menggunakannya cukup dengan menaruh benda dalam cawan atau wadah. Kemudian geser anting di ketiga lengan dan pastikan benar-benar sejajar dengan angka nol di samping ketiga lengan tersebut. Apabila untuk mengukur benda tersebut memerlukan ketiga lengan pada neraca, maka tinggal dijumlahkan skala yang ditunjukkan ketiga lengan neraca tersebut.



4.1.3  Tabel Hasil Pengukuran Suhu
No
Benda Yang Diukur Suhunya
Suhu Benda
1
Badan/ tubuh anda (pengukuran 1)
36,4oC
2
Badan/tubuh anda (pengukuran 2)
36,9oC
3
Badan/tubuh anda (pengukuran 3)
37oC
4
Es
4oC
5
Es ditambah dengan garam
8oC
6
Air mendidih
69oC
7
Air dingin (pada suhu kamar)
29o
8
Alkohol/spiritus (pada suhu kamar)
29oC

Pembahasan
Untuk mengukur suhu tubuh, pada praktikum ini menggunakan thermometer badan yang mana cara penggunaannya : Pertama – tama mengayunkan kuat – kuat thermometer tersebut dengan sentakan pada pergelangan tangan sampai thermometer menunjukkan angka kurang dari 36 derajat kemudian thermometer tersebut dilakukan dibawah lipatan ketiak dan membiarkannya berada disana selama kurang lebih 3 sampai 4 menit. Selanjutnya ambil thermometer dan membaca angka dimana air raksa berhenti yang menunjukkan suhu tubuh yang diukur.
Dan untuk mengukur suhu es, es yang ditambah dengan garam, air mendidih, air dingin dan alcohol digunakan thermometer batang. Cara menggunakannya kurang lebih dengan thermometer tubuh hanya saja thermometer batang diletakkan ke dalam benda cair yang akan diukur tersebut kemudian membaca angka dimana air raksa berhenti yang menunjukkan suhu benda yang diatur.

4.1.4  Tabel Hasil Pengukuran Volume
No
Benda Yang Diukur
Hasil Ukur
1
Panjang sisi pertama kubus kayu
2,5 cm
2
Panjang sisi kedua kubus kayu
2,5 cm
3
Panjang sisi ketiga kubus kayu
2,5 cm
4
Jadi, volume kubus
15,625 cm3
5
Panjang sisi balok kayu
8 cm
6
Lebar sisi balok kayu
4 cm
7
Tinggi sisi balok kayu
2 cm
8
Jadi, volume balok kayu
64 cm3
9
Volume air pada gelas ukur
300 ml
10
Volume air pada gelas ukur berisi kubus kayu
320 ml
11
Jadi, volume kubus kayu
20 ml
12
Volume air pada gelas ukur berisi balok kayu
350 ml
13
Jadi, volume balok kayu
50 ml

Pembahasan
Mengukur panjang pada kubus dan panjang, lebar, tinggi pada balok digunakan mistar sebagai alat bantu ukur.
Karena panjang sisi pertama, kedua, ketiga kubus telah diketahui maka dengan mudah akan mengetahui volumenya dengan menggunakan rumus : V = s x s x s  yang mana artinya ketiga sisi pada kubus tersebut dikalikan sehingga dapatlah hasil volumenya. Begitu juga dengan balok. Untuk mengetahui volumenya dapat digunakan rumus : V = p x l x t
dengan :
V = volume
p = panjang
l = lebar
t = tinggi
Dan cara lain untuk mengetahui volume suatu benda dengan menggunakan gelas ukur yang telah ditetapkan volumenya seperti pada tabel diatas volume yang ditetapkan 300 ml. Kemudian memasukkan kubus ke dalam gelas ukur sehingga volume air dalam gelas ukur bertambah menjadi 320 ml. Dengan bertambahnya volume air tersebut dapat diketahui volume kubus dengan  cara mengurangkan volume terakhir dengan volume sebelumnya atau 320 ml – 300 ml = 20 ml. Begitu juga cara untuk mengetahui volume balok dengan menggunakan gelas ukur dan air.


BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1  Kesimpulan
     Pengukuran panjang secara benar dapat dilakukan dengan menggunakan alat mistar dan jangka sorong. Pengukuran massa dengan benar dapat dilakukan dengan neraca. Pengukuran suhu, dapat dilakukan dengan alat yang bernama termometer. Termometer badan untuk mengetahui suhu badan dan termometer batang untuk mengetahui suhu benda yang akan diukur suhunya. Menentukan volume benda padat yang teratur dapat dihitung menggunakan rumus dan gelas ukur.

5.2  Saran
     Percobaan yang selanjutnya dapat mengukur benda-benda yang lainnya dengan menggunakan alat yang belum digunakan, misalnya: mikrometer sekrup, nereca pasar, neraca badan dan alat termometer yang berbeda. Dan tidak lupa untuk selalu memperhatikan ketelitian dalam melihat termometer dan jangka sorong serta alat-alat yang membutuhkan ketepatan penglihatan yang akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta.
Sogyono. 2000. Konsep-konsep Fisika I A. Klaten. Intan Pariwara.
Anonim. 2012. Definisi dan jenis mistar sebagai alat.
Anonim. 2013. Neraca ohaus dua lengan dan tiga lengan.
Anonim. 2008. Cara menggunakan thermometer.
Anita Nurdia Ningrum. 2011. Laporan Perihal ketidakpastian.

No comments:

Post a Comment