Sunday, June 22, 2014

Makalah Media dan Metode Pembelajaran IPS



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan, ternasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Seperti yang telah banyak kita temukan bahwa gaya megajar yang kurang disukai oleh siswa akan berpengaruh pada tinggi-rendahnya minat belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu, sehingga yang menjadi tujuan dari pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis akan membahas masalah umum yaitu “ Bagaimana media dan metode pembelajaran Ips”.  Berikut adalah sub masalah yang akan penulis bahas :

1)      Apa yang dimaksud media dan metode mengajar?
2)      Apa fungsi media pembelajaran ?
3)      Apa saja jenis-jenis media pembelajaran ?
4)      Apa saja kriteria pemilihan metode pembelajaran ips di SD?
5)      Apa saja metode pembelajaran ips di SD?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari media pembelajaran dan Metode mengajar
2.      Untuk megetahui fungsi media pembelajaran
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis media pembelajaran
4.      Untuk mengetahui kriteria metode pembelajaran ips
5.      Untuk mengetahui metode pembelajaran ips

D.    Manfaat
1.      Dapat memahami pengertian media pembelajaran dan metode mengajar
2.      Dapat memanfaatkan kelebihan-kelebihan pada setiap media pembelajaran
3.      Dapat menggunakan berbagai jenis media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
4.      Dapat mempermudah guru dalam penggunaan setiap metode pembelajaran IPS







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MEDIA DAN METODE MENGAJAR
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal daribahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Selain itu, kata media juga berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium, dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Menurut Gerlach dan ely (dalam Hamdani 2010 : 243)) media apabila dipahami secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar sisw mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau eletronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Sedangkan Education Assiciation (NEA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional  atau mengadung maksud-maksud pengajaran.

            Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru sebatas alat bantu visual. Sekitar abad ke-20, usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan alat audio mulai dilakukan sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),  khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
            Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembeljaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data  dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
2. Pengertian Metode mengajar
Kata metode berasal dari bahasa latin yaitu “methodo” yang berarti “jalan”.  Dengan demikian metode bersangkut paut dengan pemilihan jalan, arah atau pola dalam berbuat sesuatu untuk mencapai sesuatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut Winarno Surachmad (1976:76), menyatakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni. 1980:1).
Dengan demikian metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E. Kusmana. 1974:1). Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961), bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan proses belajar mengajar, atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha
mengatur lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru berusaha dengan seperangkat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya memiliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah yang disebut sebagai metode pembelajaran.
B. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua unsur ini sangat berkaitan, penentuan metode mengajar akan mempengaruhi media pembelajaran yang digunakan, banyak hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dari pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar. Menurut Hamalik, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
          Menurut Gerlach & Ely (dalam Hamdani 2010: 246) Tiga kelebihan kemampuan adalah sebagai berikut :
1.      Kemampuan fiksatif, artinya dapat  menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian disimpan, dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2.      Kemampuan menipulatif, artinya dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagi perubahan (manipulasi) sesuai dengan keperluan, misalnya ukuran, kecepatan, warnanya diubah, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3.      Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serampak, misalnya siaran TV atau Radio.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3.    Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Sehingga dapat menimbulkan kegairahan belajar; memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; dan memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan  uraian di atas dapat dikatakan bahwa beberapa pendidik atau guru mempunyai gaya yang berbeda dalam mengadakan pembelajaran, yang menyebutkan bahwa gaya atau model pembelajaran guru yang diadakan akan lebih bermanfaat dengan menggunakan media, serta pembelajaran yang diadakan akan lebih efektif dengan menggunakan media yang berbeda secara berkelanjutan. Maksudnya adalah pembelajaran akan lebih efektif jika penggunaan media pembelajaran tersebut tidak monoton, tetapi diavariasikan dengan media yang lainnya secara bervariasi.




C. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Media yang digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam. Seseorang guru harus dapat memilih salah satu media pembelajaran yang akan digunakan. Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Media pembelajaran dikelompokan  menjadi tiga yaitu :
1. Media Audio
            Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media audio. Pengguaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan meteri ajaran tentang mendengarkan.
Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi). 
2. Media Visual
            Media visual adalah  media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (Project Visuals).
Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau bergerak (mition picture). Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar (screen).
3. Media Audio-Visual
            Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual akan mejadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin mantap dan optimal. Selain itu, media dalam batas-batas terbentuk dapat juga melakukan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi bara siswa untuk belajar. Contoh media audio visual, diantaranya program vedio atau televisi, vedio atau televisi intruksional, dan program slide suara (soundslide).
Media audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.

D. KRITERIA MENENTUKAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD
Anda sudah belajar tentang macam-mcam metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yng timbul sekarang adalah bagaimana Anda memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan  kepada siswa.
Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (tt;80)  ada tiga
kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan metode, antara lain:


1.      Tujuan
Tujuan merupakan landasan utama untuk menentukan metode sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama
2.      Kebutuhan dan minat anak
Kebutuhan individu itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan pengalaman tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula. Sebagai guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan pembelajaran. Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang bertumpu pada bahan-bahan buku bacaan, sosiodrama, permainan, membaca cerita, dan penyusunan bagan. Minat anak sebagian juga ditentukan oleh metode yang digunakan guru. Siswa yang gemar mengkoleksi perangko dan pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang gemar membaca ataupun melalui akting. Oleh karena itu dengan mengenal perbedaan-perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menentukan metode yang akan digunakan.
3.      Cara Penampilan Guru
Kepribadian guru dapat dilihat melaluai penampilannya waktu mengajar. Dalam beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembelajaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas  untuk mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki keterampilan memilih metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi dalam mengajar. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi syarat, kalau faktor penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan rendah. Menurut  Husein Akhmad, dkk (1981;58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan  faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Pengajar (guru)
Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan: pengetahuan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Personalitas yang cocok dengan  siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbinanya sarana komunikasi yang efektif.
2.      Siswa
Cara-cara yang dipilih guru hendaknya memperhitungkan lingkungan siswa dari mana ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa serta lingkungan dan budaya siswa.
3.      Tujuan yang akan dicapai
Tujuan yang akan dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif.
4.      Materi/bahan
Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara mengajar yang serasi dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat abstrak akan berbeda dengan metode untuk materi yang bersifat konkrit.
5.      Waktu
Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.
6.      Fasilitas yang tersedia
Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk mempermudah proses belajar mengajar.

E. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD
1. Contectual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Contectual Teaching and Learning  CTL, merupakan konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat aliran kontruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya, membuat penalaran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman yang baru.
2. Cooperative Learning
Falsafah yang mendasari model pembelajaran Cooperative Learning bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa kerja sama kehidupan manusia akan terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain.
Menurut Thomson, dkk. (1995), di dalam pembelajaran cooperative learning, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogin. Maksud kelompok heterogin adalah terdiri dari bermacam-macam latar belakang kemampuan siswa, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan latar belakang social budaya.
Teknik-teknik Pembelajaran Cooprarative Learning :
a) Teknik Mencari Pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar menggali satu  konsep atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak. Adapun caranya guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tertentu, setiap siswa mendapat satu kartu. Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang bertuliskan “Jakarta” akan berpasangan dengan pemegang kartu bertuliskan “Ibu kota Negara Republik Indonesia” Pemegang kartu “rempah-rempah” berpasangan dengan kartu “Maluku”. Siswa dapat bergabung dengan dua atau tiga pemegang kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pemahaman konsep atau 32 topic di kartu masing-masing.

b)  Bertukar Pasangan
Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam (kelompok), setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula
c) Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, karena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri, kemudian bergabung dengan rekan lain dari anggota kelompoknya untuk berdiskusi. Setelah selesai, kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompoknya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada anggota kelompok berempat.
d) Keliling Kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya. Caranya adalah, salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri kekanan atau sebaliknya.
e) Jigsaw
Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.



3. Metode Karyawisata
Suryobroto(1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya dengan pelajaran tertentu.  Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja (1980:113), menyatakan bahwa karyawisata adalah suatu kunjungan ke obyek tertentu di luar lingkungan sekolah, di bawah bimbingan guru IPS, yang bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya memenuhi tujuan instruksional IPS.
Kelebihan Metode Karyawisata :
1)      Siswa dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi, seperti peninggalansejarah, pasar, pantai, pabrik, kalurahan, kecamatan.
2)      Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan cara melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari.
3)      Siswa dapat pula mendapatkan informasi langsung dari nara sumber.
Kelemahan Metode Karyawisata
1)      Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran.
2)      Perlu pengawasan dan bimbingan guru.
3)      Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan transportasi dan pembiayaan.
4. Metode Role Playing ( Bermain Peran)
Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama, sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Role playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein Achmad. 1981:80).
Melalui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan.  
Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketikasiswa memainkan peran di depan kelas. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.
Tujuan dan Manfaat Role Playing(menurut Shaftel) :
1)      Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup.
2)       Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan.
3)      Pembentukan konsep secara mandiri.
4)      Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.
5)      Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara  berfikirnya, dan perbuatannya.
5. Metode simulasi
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. (B. Suryobroto,1986:63). Manfaat metode simulasi menurut Nesbitt, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat merangsang timbulnya berbagai alur-pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkajian-pengkajian lebih lanjut.
Kelebihan Metode Simulasi:
1)      Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga siswa terdorong untuk ikut berpartisipasi.
2)      Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.
3)      Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas.
4)      Strategi ini menimbulkan respon yang positip dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasinya.
5)      Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam  analisis atau proses kemajuan simulasi.
Kelemahan Metode Simulasi:
1.      Simulasi menghendaki banyak imaginasi dari guru dan siswa.
2.      Menghendaki pengelompokkan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas atau gedung yang memadai.
3.      Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnya melibatkan permainan.














BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara harfiah media berarti perantara atau pengatar, yaitu perantara atau pengatar sumber pesan dengan penerima pesan sedangkan prestasi belajar merupaka tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menolak, menerima dan informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Sedangkan  metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya
 Media pembelajaran berfungsi untuk memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera serta dapat dapat mengatasi sikap pasif siswa. Peranan media pembelajaran ada dua macam yaitu peranan media belajar dalam KBM di kelas dan kegunaan media dalam situasi-situasi KBM tertentu.  Jenis-jenis media pembelajaran terdiri dari media audio, audio visual, dan media audio-visual.
Kriteria dalam menentukan metode pembelajaran IPS ada dua macam yaitu: 1) Tujuan 2) Kebutuhan dan minat anak, dan 2) Cara penampilan guru. Sedangkan metode-metode yang dapat digunakan adalah 1) metode Contectual Teaching and Learning (CTL), 2) Cooperative Learning, 3) metode karya wisata 4) Role playing (bermain peran), dan 5) metode simulasi.


B. SARAN
Diharapkan kepada para pendidik untuk lebih memperhatikan penggunaan media yang cocok dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan dapat mengatasi rendahya prestasi belajar yang dialami oleh siswa khususnya pada mata pelajaran Ips di sekolah dasar.
















DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.



















No comments:

Post a Comment