Friday, June 27, 2014

Makalah Anak Berkebutuhan Khusus : Bimbingan Bagi Murid Cerdas dan Berbakat



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Salah satu bimbingan di SD adalah bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat. Pelaksanaan bimbingan anak cerdas dan berbakat merupakan amanah rakyat yang dituangkan dalam GBHN 1993 dan UU Nomor 2 Tahun 1998 tentang sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang siapa anak cerdas dan berbakat hendaknya multidimensional. Oleh karena itu, penghampiran pengertian anak cerdas dan berbakat hendaknya menyeluruh.

Bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat hendaknya mengacu pada karakteristik dan kebutuhan murid itu sendiri. Pemahaman akan kebutuhan dan karakteristik anak cerdas dan berbakat merupakan fondasi bagi guru dalam memberikan bimbingan bagi anak cerdas dan berbakat. Berbagai bentuk program pengembangan murid cerdas dan berbakat, salah satu di antaranya dapat di dekati dari bimbingan dan konseling tekhnik bimbingan merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam mengembangkan kemampuan anak cerdas dan berbakat. Penyelenggaraan kelas unggulan di SD yang telah dirintis sejak tahun ajaran 1996/1997, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan anak cerdas dan berbakat, khususnya bakat akademik.

B. Masalah Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penulisan yang ada dalam makalah ini adalah :
1.  Apa pengertian murid cerdas dan berbakat?
2.  Bagaimana karakteristik murid cerdas dan berbakat?
3.  Bagaimana mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat?
4.  Bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat?
5.  Bagaimana teknik bimbingan bagi murd cerdas dan berbakat?
6.  Bagaimana penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat?


C. Tujuan Penulisan
1.  Mengerti pengertian murid cerdas dan berbakat
2.  Mengetahui karakteristik murid cerdas dan berbakat
3.  Mengetahui identifikasi murid cerdas dan berbakat
4.  Mengetahui penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat
5.  Mengetahui teknik bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat
6.  Mengetahui penyelenggaraan kelas unggulan bagi anak cerdas dan berbakat



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Murid Cerdas dan Berbakat
Guna menjawab siapa murid yang cerdas dan berbakat memang bukan hal yang mudah, bergantung pada filosofis, defenisi, penentuan presentase, prosedur, seting/adegan, model dan model pengayaan yang digunakan. Sampai sekarang belum ada defenisi tunggal dan sulit untuk dirumuskan yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat, bahkan istilah anak berbakat diterjemahkan dari “gifted child“ masih nampak digunakan dalam berbagai sebutan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang “interent” dalam diri seseorang di bawa sejak lahir dan terkait erat dengan struktur otak. Secara genetis struktur otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi dengan anak manusia itu. Salah satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari pada anak normal, sebagaimana diukur oleh alat ukur kecerdasan yang sudah baku.

Sementara itu ada pandangan lain, dan pandangan ini lebih banyak dianut, yang cenderung menekankan bahwa masalah keberbakatan harus didekati dari sudut pandang berdimensi ganda. Menurut pandangan ini keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan tapi juga dilihat dari segi prestasi, kreativitas dan karakteristik pribadi dan sosial lainnya. Pengertian anak cerdas berbakat menurut dokumen resmi pemerintahan digunakan istilah yang berbeda.

Istilah murid cerdas dan berbakat merupakan terjemahan dari “gifted” yang berarti kemampuan intelektual tinggi. Jadi murid cerdas dan berbakat adalah murid yang memiliki kemampuan intelektual atau taraf inteligensi yang unggul. Dengan keunggulan ini ia di harapkan memiliki peluang besar untuk mencapai prestasi tinggi dan menonjol didalam bidang pekerjaanya. (Adni Hakim Nasution dalam S.C Utami Munadar, 1985:4).

Sedangkan Clark (1988:6) mengatakan bahwa murid cerdas dan berbakat ialah anak-anak yang menampilkan kapasilitas unjuk kerja yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kepemimpinan, kemampuan, atau lapangan-lapangan akademik tertentu, dan memerlukan, layanan-layanan atau kegiatan-kegiatan yang tidak biasa di sediakan oleh sekolah dalam rangka untuk mengembangkan kemampuannya secara penuh.

Menurut skala yang dibuat oleh Wechsler, murid cerdas berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi 130 atau lebih, yang di bedakan atas luar biasa cerdas atau gifted (IQ 145 ke atas) dan sangat cerdas atau superior (IQ 130-144). Yang banyaknya 2,5% dari banyaknya murid.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah yang di maksud murid cerdas berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi sangat tinggi, serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan kemampuanya memungkinkan bagi dirinya berhasil dengan baik dalam pekerjaan atau karirnya. Murid seperti ini umumnya memerlukan program khusus yang terencana selain dari program umumnya biasanya di laksanakan di sekolah untuk pengembangan kemampuanya.

Undang-undang No. 2/1989 pasal 8 ayat (1) dan (2) mengatakan bahwa:
(1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa
(2)   Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus
Landasan hukum akan perlunya pemberian perhatian khusus kepada murid cerdas dan berbakat memperkuat asumsi bahwa kelompok peserta didik tersebut memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan berkecerdasan normal.
GBHN 1993 telah mengamanatkan bahwa “anak didik berbakat istimewa perlu mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan pribadinya”. Lebih khusus lagi Kurikulum Pendidikan Dasar 1994 menekankan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (Depdikbud. 1993b).
Para ahli dengan hasil penelitiannya (Thompson, Berger, Berry, 1980; Krech, 1969; Maclean, 1979) menunjukkan bahwa secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak-anak cerdas dan berbakat dengan anak normal. Anak cerdas dan berbakat mampu memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain (rasa, pendirian dan intuisi) secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.

B. Kebutuhan dan Karakteristik Murid Cerdas dan Berbakat
Perbedaan program pendidikan anak cerdas berbakat dengan anak biasa bukan sekedar berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda.  Perbadaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak cerdas berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta didik biasanya
Anak cerdas berbakat pada umumnya umumnya memiliki karakteristik seperti berikut:

1.    Membaca pada usia lebih muda
2.    Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3.    Memiliki perbendaharaan yang luas
4.    Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5.    Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
6.    Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
7.    Menunjukan keaslian dalam ungkapan variable
8.    Memberi jawaban–jawaban yang baik
9.    Dapat memberikan banyak gagasan
10.  Luwes dalam berfikir
11.  Terbuka terhadap rangsangan–rangsangan dari lingkungan
12.  Mempunyai pengamatan yang tajam
13.  Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
14.  Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
15.  Senang mencoba hal–hal yang baru
16.  Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
17.  Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan–pemecahan masalah
18.  Cepat menangkap hubungan sebab akibat
19.  Berperilaku terarah pada tujuan
20.  Menpunyai daya imajinasi yang kuat
21.  Mempunyai banyak kegemaran
22.  Mempunyai daya ingat yang kuat
23.  Tidak cepat puas dengan pretasinya
24.  Peka serta menggunakan firasat
25.  Menginginkan kebebasan dalam gerkan dan tindakan
Clark mengemukakan secara kualitatif anak cerdas berbakat menunjukkan karakteristik yang berbeda dari anak normal dalam aspek kognitif, afektif, sensasi fisik, intuisi, dan kemasyarakatan. Dalam upaya pengembangan model program pendidikan yang kondusif bagi anak cerdas berbakat perlu dilakukan analisis kebutuhan dan permasalahan perkembangan yang mungkin muncul dari aspek yang disebutkan diatas serta implikasinya bagi pengembangan program pendidikan.

1.  Perkembangan fisik
Selama usia sekolah, anak berbakat sangat mungkin mengalami kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual dan sekolah secara tak sengaja mungkin menghambat aktifitas mereka. Apabila perkembangan intelektualnya lebih cepat dari pada perkembangan fisik maka anak akan merasa tidak kuat secara fisik. Sementara jika tuntutan sensasi fisik kurang menantang akan menjadikan anak berbakat kurang tertarik dan tak memperoleh kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok sebaya.
Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya interaksi dan asimilasi dan sensorik, apresiasi kapasitas fisik, menjelajahi aktifitas fisik yang  menimbulkan kesenangan, kepuasan menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan.

2.  Perkembangan kognitif
Para ahli dengan hasil penelitiannya ( thompson, berger, berry, dan mac. lean ) menunjukkan secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain. Secara terintegritas sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
Berbagai karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang dimilikinya dalam belajar. Namun, hendaknya ciri itu tidak menjadikan kita berfikir bahwa anak berbakat akan selalu mudah untuk menjadi peserta didik terpadani di kelasnya. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana mestinya maka tak mustahil muncul masalah–masalah perkembangan.
Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertai dengan kemampuan intuitif yang akan mengarahkan kepada pemunculan prilaku kreatif. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan. Kaitan intuisi dengan prilaku kreatif ialah bahwa fungsi intuisi berperan dalam pemunculan inisiatif, imajinatif, dan wawasan bertindak yang mengarah kepada prilaku kreatif.  Para ahli yang menekuni kreativitas tampaknya cenderung menyimpulkan bahwa prilaku kreatif merupakan integrasi fungsi–fungsi fisik maupun psikis dan bukan semata–mata prilaku intelektual.
Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena–fenomena metafisik, terbuka terhadap pengalaman–pengalaman metafisi, dan menunjukkan prilaku kreatif dalam banyak hal. Karena kekuatan imajinatif yang luar biasa, sehingga bisa menimbulkan cemoohan sesamanya atau tidak mendapatkan tanggapan serius dari orang lain yang lebih tua usianya karena di pandang berperilaku aneh, menyimpang, dan dianggap sebagai pembuat kekacauan.

3.  Perkembangan Emosi
Karakteristik kemampuan kognitif yang tinggi pada anak berbakat dan kepekaannya terhadap dunia sekitar menjadikan anak berbakat memiliki akumulasi informasi yang banyak.apabila dengan fungsi kognitif dia mampu mengolah informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya akan menjadikan anak berbakat menunjukkan perkembangan emosi yang lebih matang dan stabil. Kesadaran yang tinggi ini akan disertai dengan perasaan yang berbeda dari murid yang lain Di sisi lain karakteristik kognitif yang tinggi belum tentu di sertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Akumulasi informasi yang terjadi pada anak berbakat karena sensitifitas atau kepekaannya terhadap dunia sekitar mungkin tidak mencuat ke kesadaran. anak berbakat seringkali menunjukkan harapan yang tinggi terhadap dirinya maupun orang lain. Karena harapan ini tidak selalu disertai dengan kesadaran diri, maka tidak jarang menbawa dirinya menjadi frustasi terhadap dirinya, orang lain maupun situasi.
Karakteristik kehidupan emosi murid berbakat separti itu menghendaki keseimbangan dengan  pengembangan fungsi kognitif yang ada pada dirinya untuk mengembangkan kesadaran akan dunianya.jika tidak, maka prilaku bermasalah yang mungkin muncul adalah rawan terhadap kritikan orang lain, kebutuhan untuk diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam mengkritik orang lain yang akan menimbulkan gangguan antar pribadi. Motovasi dan daya saing yang kuat, hasrat ingin tahu yang besar, dan minat eksplorasi yang tiada terunjang pada anak berbakat mungkin dapat menumbulkan keirian mereka terhadap gurunya. Karena gurunya dirasakan tidak memahami kebutuhannya. Akibatnya mereka memiliki gambaran diri yang terlalu tinggi, selalu menganggap benar pendapat sendiri yang dapat menumbuhkan kesan bersikap angkuh dan sombong.

4.  Perkembangan sosial
Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat temuan dan generalisasi sering kali menunjukkan karakteristik  populasi yang selalu tidak dapat diterapkan secara individual. Kecenderungan menunjukkan bahwa perkembangan sosial anak berbakat memang lebih baik dari pada anak yang normal pada umumnya. Clark menghimpun dan menyimpulkan berbagai hasil studi yang dilakukan banyak ahli tentang perkembangan sosial dan emosional anak berbakat sebagai berikut :
·      Anak berbakat, jika di bandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadi.
·      Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian nasional yang lebih baik dari pada anak normal lainnya walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi dari pada dengan kecerdasan.
·      Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkomformitas terhadap pendapat sebayanya lebih dominan, lebih mempu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif.
·      Anak berbakat menunjukkan kecakapan kemimpinan dan menjadi terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial.
·      Anak berbakat lebih cenderung memilih teman yang memiliki kesebayaan usia intelektual dari pada memilih teman yang secara kronologis berada pada usia yang sama.
Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat seperti di uraikan di atas dapat menimbulkan prilaku bermasalah, seperti frustasi atas perasaan–perasaan yang tak tertantang, potensi kepemimpinan yang tak berkembang karena mungkin tidak memperoleh kesempatan, kecenderungan mengambil pemecahan masalah secara cepat tanpa memperhitungkan kompleksitas masalah.

C.        Identifikasi Anak Cerdas Berbakat

Identifikasi anak cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu :

1.  Pada usia 1-2 tahun
Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak akan tampak dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat. Fungsinya ganda, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembangan intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada bidang-bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya kecacatan pada anak.
2.  Pada usia 2-6 tahun
Identifikasi anak usia ini dapat dilakukan dengan mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keberbakatan anak akan tampak dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai persoalan tanpa mengalami kesulitan yang berarti, serta tidak banyak memerlukan bimbingan. Karena itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelompok bermain, dan TK tempat menjadi pelaksanaan atau sumber informasi utama.

3.  Pada usia 6 tahun - seterusnya
Pada masa sekolah informasi keberbakatan bisa diperoleh dari orang tua terutama berkenaan dengan bidang-bidang yang disenangi, dari guru terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama bidang kepemimpinan, kreatifitas, dan sosialisasinya.
Dalam identifikasi ini, penggunaan tes kecerdasan dan tes lain seperti minat, kreativitas, motivasi juga penting dilakukan. Dengan demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus, dan melalui tes, atau penggabungan keduanya. Identifikasi di sekolah dapat dilakukan melalui tahap:

a)  Tahap Penjaringan (screening)
Tahap penjaringan anak cerdas berbakat disekolah dapat dilakukan dengan menganalisis data dan prestasi belajar, usia kronologis nominan oleh teman sekelas, orang tua dan guru. Di gunakan acuan usia kronologis dengan asumsi bahwa anak cerdas berbakat memiliki usia muda namun mampu bersaing dan memiliki usia mental yang lebih tinggi dibanding teman–teman yang memiliki usia yang lebih tua. Model nominasi ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang–orang  terdekat dengan anak berbakat dan cerdas, memiliki penilaian yang objektif dan intensif, hasil pengamatan yang relatif lama

b)  Tahap selektif (identification)
Tahap selektif digunakan terhadap siswa yang telah lolos tahap penjaringan. Tahap selektif di saring dengan melalui tes. Langkah langkah yang dilakukan dalam menjaring dan menyeleksi anak cerdas berbakat.
·      Mengidentifikasi murid yang di duga anak cerdas berbakat dengan mengacu kepada prestasi siswa, usia kronologi dan kelasnya.
·      Kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan tes, untuk mengetahui kemapuan intelektualnya.
·      Setelah ditemukan murid yang di duga cerdas dan berbakat selanjutnya melakukan pemeriksaan psikologi terhadap kedelapan murid tersebut dengan menggunakan wechler intelligence scale for children untuk mengetahui IQ. Yang menyatakan anak berbakat intelektual adalah mereka yang memiliki IQ 130 berdasarkan tes WISC adaptasi indonesia.

D. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Cerdas Berbakat

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak cerdas berbakat secara konvensional dapat di kelompokkan ke dalam beberapa model,antara lain :

1.  Akselerasi (acceleration)
Model akselerasi  bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti bidang studi tertentu di kelas tinggi.
2.  Pengayaan (enrichment)
Model pengayaan yaitu dengan memberikan tugas–tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan unggul. Model ini dapat memenuhi harapan anak cerdas berbakat dengan tidak memisahkan mereka dari teman–teman yang biasa.
3.  Kelas khusus (ability grouping)
Model ketiga adalah pengelompokkan berdasarkan kemampuan. Model ini dapat berupa kelas khusus di dalam sekolah. Model pengelompokkan berdasarkan kemampuan di khawatirkan akan menumbuhkan sikap ekslusif, elitisme dan memiliki perasaan berbeda dari yang lain.
4.  Bimbingan Konseling
Bagi anak-anak cerdas dan berbakat, bimbingan konseling merupakan sebuah kebutuhan. Memahami kekhasan siswa cerdas dan berbakat serta peranan konseling dalam menangani permasalahan yang timbul akibat kekhasannya adalah sangat penting. Dimana guru sebagai konselor bagi siswa berkemampuan unggul sangat penting peranannya.

E. Tekhnik Bimbingan Bagi Anak Cerdas Berbakat

Karakteristik anak berbakat masalahnya yang di gambarkan pada bagian terdahulu, mengandung implikasi bagi kemampuan layanan bimbingan Anak Cerdas Berbakat. Layanan bimbingan yang di maksud tidak di arahkan kepada layanan yang bersifat ekslusif melainkan dikembangkan secara terpadu di dalam sisitem bimbingan yang ada.
Layanan bimbingan bagi Anak Cerdas Berbakat tetap bertolak belakang dari pandangan tentang hakekat manusia sebagai makhluk pribadi, sosial dan mehluk tuhan.  Dengan kata lain, Anak Cerdas Berbakat dipandang sebagai suatu keutuhan pribadi sehinggan program layanan bimbingan yang dikembangkan mampu menyentuh semua dimensi perkembangan secara utuh.
Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan yang di uraikan sebagai hasil temuan studi, dimensi keutuhan perkembangan pribadi yang di maksud akan mencakup unsur-unsur berikut:

1.  Pengembangan Ranah Kognitif/Intelektual
Hal ini mengandung implikasi bagi guru untuk menyediakan rentang pengalaman belajar yang luas  dan dapat di akselerasikan dan mengakselerasikan perkembangan kognitif anak berbakat. Pengolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang di dasarkan kepada kurikulum yang ada merupakan hal yang harus dilakukan guru untuk dapat memberikan layanan optimal bagi anak berbakat.

2.  Pengembangan ranah afektif
Layanan bimbingan yang perlu diberikan ialah memahami pikiran dan harapan anak berbakat dengan sikap terbuka dan membantu anak memahami pikiran dan harapan yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam kehidupan kelompok.
3.  Pengembangan Ranah Fisik
Kemampuan anak berbakat yang cenderung berkembang lebih awal dari usia pada umumnya menghendaki layanan pendidikan yang memungkinkan anak memperolah pengalaman memadukan pola perkembangan berfikir dengan perkembangan fisik. Layanan bimbingan yang bisa diberikan ialah membantu anak memilih kegiatan fisik yang sesuai sengan perkembangannya dan memberikan peran-peran yang sesuai dikelompoknya.
4.  Penembangan Ranah Intuitif
Layanan pendidikan bagi anak berbakat perlu memperdulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi. Layanan bimbingan di berikan dalam bentuk pengembangan lingkungan belajar yang menghadapkan anak kepada situasi atau stimulus baru yang dapat memunculkan daya imajinasi dan kreativitas anak.

5.  Pengembangan Ranah Kemasyarakatan
Layanan bimbangan yang dapat diberikan ialah membantu anak memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok dan mampu berpartisipasi dalam proses kelompok, memperluas perasaan keanggotaan kelompok ke arah keanggotaan kemasyarakatan, memperluas identifikasi diri dari masyarakat terbatas ke arah identifikasi terhadap masyarakat luas.

Beberapa implikasi managerial bagi penataan layanan bimbingan anak berbakat disekolah dasar yang perlu di perhatikan adalah :

·      Menyediakan kesempatan dan pengalaman khusus untuk memenuhi kebutuhan anak berbakat sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara berkesinambungan.
·      Menata lingkungan yang dapat memperkaya pertumbuhan intelektual, afektif, intuisi dan sosial.
·      Memungkinkan terjadinya partisipasi dan kerjasama yang dilakukan oleh anak berbakat dan orang tua.
·      Menyediakan waktu, tempat, dan dukungan bagi anak berbakat yang memungkinkan dirinya menjadi sebagaimana mereka bisa menjadi.
·      Mendorong anak berbakat menemukan tempat dirinya dalam perkembangan manusia dengan menemukan kecakapannya dan bidang – bidang dimana dia dapat berkontribusi.
·        Menyediakan kesempatan bagi anak berbakat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan orang dewasa dari berbagai ragam kecakapan yang memungkinkan dia menemukan keunikan dan ketertarikan dirinya.

F. Penyelenggaraan Kelas Unggulan sebagai Model Bimbingan bagi Anak Cerdas Berbakat
1.  Pengertian Kelas Unggulan
Kelas unggulan adalah kelas yang terdiri atas sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol di kelompok di kelas tertentu pada SD (Depdikbud.1996). Program pengajaran pada kelas unggulan adalah program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku ditambah dengan pendalaman materi matematika atau berhitung dan IPA serta pelajaran Bahasa Inggris.  Pengelompokkan ini dimaksud untuk memudahkan membina siswa oleh guru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada siswa seoptimum mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

a. Tujuan pendidikan kelas unggulan di SD
·      Mempersiapkan peserta didik yang cerdas, beriman dan bertaqwa pada tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sehat jasmani dan rohani.
·      Memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata–rata normal untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa.
·      Memberikan kesempatan kepada siswa lebih cepat mentransfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan pembangunan.
·      Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
·      Mempersiapkan lulusan kelas unggulan menjadi siswa unggul dalam bidang pengetahuan dan tekhnologi sesuai dengan perkembangan anak.

Siswa yang direkrut adalah siswa kelas IV dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IV telah mulai dapat berfikir rasional baik pada SD inti maupun SD imbas.

b.  Persyaratan kadidat kelas unggulan
·      Siswa peserta kelas unggulan harus bersekolah pada SD inti/imbas pada gugusannya.
·      Merupakan murid pada jenjang kelas tinggi di mulai kelas IV pada tahun ajaran baru.
·      Memiliki bakat dan minat serta prestasi yang konsisten sejak kelas I  sampai kelas III melalui rekaman pengamatan dan tes psikologi.
·      Merupakan murid berprestasi disekolahnya dan memiliki ranking 1 sampai 10.
·      Lulus seleksi tes kemampuan akademik dan kesehatan untuk keperluan ini perlu diadakan alat seleksi yang standar.
·      Mendapat rekomendasi dari kepala sekolah tempat asal siswa bersekolah.
·      Mendapatkan izin tertulis dari orang tua/wali murid yang isinya bersedia patuh mengikuti tata tertib penyelenggaraan kelas unggul.
·      Apabila pada setiap akhir tahun pelajaran tidak mampu menunjukkan keberhasilan prestasi belajarnya, di tempatkan pada kelas biasa di SD yang bersangkutan.

2.  Proses Belajar Mengajar di Kelas Unggulan
Proses belajar mengajar di kelas unggulan di upayakan memiliki keunggulan dari pada kelas biasa. Oleh karena itu seluruh komponen pendidikan seperti guru, materi ajar, bahkan sarana belajar–mengajar, metode mengajar dan waktu belajar dikelas unggulan harus lebih baik dari kelas biasa mengigat tuntutan prestasi belajar bagi siswa kelas unggulan sangat tinggi di perlukan adanya guru bimbingan yang tugas khususnya mengawasi/memantau, membimbing serta mengarahkan siswa di kelas unggulan agar dapat berprestasi dengan baik.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum plus yang terdiri atas mata pelajaran matematika/berhitung (4 jam) dan bahasa inggris 4 jam. Dengan demikian di perlukan penambahan waktu belajar di sekolah.
Metode mengajar seperti ini di harapkan dapat mengaktifkan siswa dengan merangsang siswa untuk berfikir mengembangkan berbagai pertanyaan variasi pembelajaran cukup beragam (individu/kelompok)  perhatian terhadap setiap siswa harus merata (20–35 siswa dalam satu kelas) sehingga dapat memberikan layanan yang sesuai.

3.  Kelebihan dan Kekurangan Model Kelas Unggulan
Mencermati penyelenggaraan kelas unggulan di SD inti, pada hakekatnya model pengelompokkan berdasarkan kemampuan model ini akan memudahkan bagi guru dalam mengembangkan kemampuan atau potensi siswa seoptimal mungkin.
Model kelas unggulan memungkinkan guru mengembangkan suasana belajar kompetitif sehingga terjadinya persaingan sehat antar siswa. Namun di sisi lain model pengelompokkan kemampuan di khawatirkan akan menumbuhkan sikap ekslusif, elitisme. Memiliki perasaan berbeda dari yang lain bahkan bisa–bisa menjadi besar kepala.



  

BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Murid cerdas dan berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi sangat tinggi serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan kemampuannya memungkinkan baginya berhasil dengan baik dalam pekerjaan atau karirnya.
Perbedaan program pendidikan anak cerdas dan berbakat dengan anak biasa bukan sekedar berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak-anak cerdas dan berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta didik biasanya.
Untuk mengidentifikasi siswa cerdas dan berbakat yaitu dengan penggunaan tes kecerdasan dan tes lain seperti minat, kretivitas, motivasi juga penting dilakukan. Ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus dan melalui tes, atau penggabungan keduanya.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak cerdas berbakat secara konvensional dapat dikelompokkan ke dalam beberapa model, antara lain:
1.  Akselerasi (acceleration)
2.  Pengayaan (enrichment)
3.  Kelas khusus (ability grouping)
4.  Bimbingan Konseling

Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan anak cerdas dan berbakat sebagai hasil temuan studi, dimensi keutuhan perkembangan pribadi yang dimaksud akan mencakup unsur-unsur berikut:
1.  Pengembangan Ranah Kognitif/Intelektual
2.  Pengembangan Ranah Afektif
3.  Pengembangan Ranah Fisik
4.  Penembangan Ranah Intuitif
5.  Pengembangan Ranah Kemasyarakatan

B. Saran
Orangtua seharusnya merasa perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak, sehingga bisa secara dini mengetahui hal-hal tidak biasa yang ada pada diri anak.
Seorang tenaga pendidik juga harus menguasai substansi mata pelajaran yang akan diajarkannya di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan guru dalam mengambil pendekatan sesuai dengan kepribadian si anak.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
http://atangsutisnabdj.blogspot.com/2014/02/bimbingan-bagi-anak-cerdas-berbakat.html


 

1 comment:

  1. Casino Rewards | JTM Hub
    Discover the benefits of Casino 통영 출장샵 Rewards 김제 출장샵 including our casino bonus program and other promotions. Learn 서산 출장샵 how to apply now! · No 김포 출장안마 matter how  Rating: 4.2 전라북도 출장마사지 · ‎54 votes

    ReplyDelete